Tottenham Hotspur kembali menegaskan bahwa klub tidak akan dijual kepada siapapun. Pemilik mayoritas klub, ENIC, dengan tegas menolak ekspresi minat dari sebuah konsorsium yang dipimpin oleh pengusaha teknologi Amerika Serikat, Brooklyn Earick. FOOTBALL JETS, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Konsorsium ini disebut-sebut siap mengajukan tawaran akuisisi senilai 4,5 miliar poundsterling (sekitar Rp 87 triliun) untuk membeli klub Liga Premier tersebut. Ini bukan kali pertama ENIC menolak tawaran akuisisi. Awal bulan ini, mereka juga menolak pernyataan minat dari PCP International Finance milik Amanda Staveley dan konsorsium investor lain.
Melalui pernyataan resmi, dewan klub dan ENIC secara seragam menegaskan bahwa “Tottenham Hotspur tidak untuk dijual” dan ENIC tidak berniat menjual sahamnya. Penolakan ini menunjukkan komitmen kuat pemilik saat ini terhadap masa depan klub.
Sumber dekat dengan keluarga Lewis, yang mengendalikan ENIC, menyatakan bahwa ketertarikan yang tidak diminta ini tidak akan mengubah tekad dan komitmen keluarga untuk fokus pada kesuksesan klub di lapangan. Mereka ingin memastikan bahwa keputusan strategis klub didasarkan pada visi jangka panjang, bukan tawaran finansial sesaat.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Rincian Tawaran Akuisisi yang Ditolak
Laporan dari media The Sun mengungkapkan detail tawaran konsorsium Brooklyn Earick. Tawaran pengambilalihan senilai 3,3 miliar poundsterling didukung oleh sejumlah investor dari NFL dan NBA. Selain itu, disiapkan dana tambahan sebesar 1,2 miliar poundsterling yang dikhususkan untuk dana transfer bagi manajer baru Thomas Frank.
Jika tawaran ini diterima, nilai akuisisi Tottenham akan melampaui rekor pengambilalihan Chelsea oleh Todd Boehly senilai 4,25 miliar poundsterling pada tahun 2022. Namun, ENIC tampaknya tidak tertarik dengan angka fantastis ini. Mereka lebih memilih untuk mempertahankan kendali atas klub yang telah mereka kelola selama lebih dari dua dekade.
Keluarga Lewis melalui ENIC saat ini menguasai 87% saham Tottenham. Karena sisa sahamnya diperdagangkan secara publik, setiap tawaran akuisisi harus mengikuti prosedur formal sesuai Undang-Undang Pengambilalihan Inggris. Proses ini mengharuskan setiap pernyataan minat atau penawaran disampaikan kepada panel khusus dan dipublikasikan secara transparan.
Baca Juga: Arsenal Siapkan Manuver untuk Lolos dari Tantangan Regulasi UEFA
Restrukturisasi Internal untuk Kesuksesan Klub
Di tengah penolakan tawaran akuisisi, Tottenham justru melakukan restrukturisasi internal untuk meningkatkan kinerja klub. Yayasan keluarga Lewis baru-baru ini meminta Daniel Levy untuk mundur dari jabatannya sebagai ketua setelah 24 tahun memimpin. Permintaan ini sejalan dengan keinginan klub untuk menargetkan “lebih banyak kemenangan, lebih sering” di masa depan.
Sebagai bagian dari transformasi, klub telah menunjuk Peter Charrington sebagai ketua non-eksekutif baru, Vinai Venkatesham sebagai kepala eksekutif, dan Thomas Frank sebagai pelatih kepala. Semua penunjukan ini terjadi pada tahun 2025, menandakan babak baru bagi Tottenham. Fokus utama keluarga Lewis adalah memberikan dukungan penuh kepada tim manajemen baru ini.
Meski menolak penjualan penuh, klub terbuka untuk investasi eksternal dalam bentuk penjualan saham minoritas. Daniel Levy sebelumnya mengungkapkan bahwa klub sedang dalam pembicaraan dengan “calon investor” mengenai hal ini, meskipun pembicaraan dengan Qatar Sports Investments telah dibantah.
Masa Depan Tottenham Pasca Penolakan Akuisisi
Penolakan tawaran akuisisi ini menunjukkan keyakinan kuat pemilik saat ini terhadap potensi Tottenham di masa depan. Alih-alih menjual, keluarga Lewis justru berkomitmen untuk mendukung manajemen baru dalam membangun tim yang kompetitif. Mereka percaya bahwa dengan struktur kepemimpinan yang baru, Tottenham dapat meraih kesuksesan yang lebih konsisten.
Komitmen ini juga tercermin dari penolakan berulang terhadap tawaran akuisisi. Pemilik klub tampaknya memiliki rencana jangka panjang yang tidak ingin diganggu oleh perubahan kepemilikan. Mereka lebih memilih untuk membangun kesuksesan secara bertahap dibandingkan dengan menerima suntikan dana instan dari investor baru.
Bagi para pendukung Tottenham, keputusan ini bisa menjadi kabar baik karena menjamin stabilitas kepemilikan klub. Dengan fokus pada pembangunan tim yang solid dan berkelanjutan, harapan untuk meraih trofi dan kesuksesan jangka panjang menjadi lebih realistis.
Tottenham tampaknya memilih untuk membangun warisan dibandingkan mencari keuntungan finansial jangka pendek. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik footballjetsofficialshop.com.